Minggu, 25 Januari 2009

Teknologi Pengelolaan Limbah Cair

Teknologi pengolahan limbah cair sangat bervariasi tergantung karakteristik air limbah, kualitas hasil olahan yang diinginkan dan biaya yang tersedia. Baku mutu penurunan komponen pencemar disebut baku mutu effluen. Tetapi pada dasarnya setiap pengolahan limbah cair mempunyai tujuan yang sama yaitu mengurangi kadar bahan polutan (pencemar) yang terkandung dalam limbah cair sampai kadar tertentu yang sesuai baku mutu effluent yang ditetapkan dalam perundang-undangan.
Koa­gulasi dan flokulasi dapat dilakukan melalui beberapa tahapan proses sebagai berikut:
  1. Penambahan koagulan/flokulan disertai pengadukan dengan kecepatan tinggi dalam waktu yang singkat. Destabilisasi dari sistem koloid.
  2. Penggumpalan partikel yang telah mengalami destabilisasi sehingga terbentuk microfloc.
  3. Penggumpalan lanjutan untuk menghasilkan macrofloc yang dapat diendapkan, disaring, atau diapungkan.

Destabilisasi biasanya dilakukan dengan penambahan bahan-bahan kimia yang dapat mengurangi daya penolakan (repulsive force) karena mekanisme pengikatan dan adsorpsi. Berkurangnya daya penolakan akan diikuti dengan penggumpalan koloid yang telah netral secara elektrostatik, yang akan menghasilkan berbagai gaya yang bekerja di antara partikel hingga terjadi kontak satu sama lain.
a. Koagulan
Valensi ion akan berpengarah terhadap proses koagulasi. Ion yang memiliki muatan berlawanan dengan koloid akan diendapkan. Koagulasi dicapai dengan menetralkan muatan elektrik dari permukaan koloid. Se-makin besar valensi koagulan, efektivitas gaya koagulasi semakin besar. Dengan demikian, berbagai besi valensi tiga dan garam aluminium dapat digunakan sebagai koagulan, misalnya: A12(SO)4 (aluminium sulfat), FeCl3 (besi (III) klorida), FeSO4 (besi (II) sulfat), dan A12(OH)20C14 (polia-luminium klorida). Namun, koagulan-koagulan tersebut memiliki kelemah-an, yaitu adanya perubahan karakteristik fisika-kimia (pH dan konduk-tivitas) dalam air hasil olahan. Selain itu, jika digunakan dalam dosis besar, akan menghasilkan lumpur yang berlebihan.
b. Flokulan
Saat ini, flokulan yang banyak digunakan adalah polyelectrolite. Mo-lekul organik ini memiliki senyawa-senyawa makromolekul yang pan-jang. Beberapa senyawa memiliki muatan listrik atau gugus-gugus yang dapat terionisasi. Berdasarkan sifatnya, polyelectrolite dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu non-ionik polimer (misalnya polyacrylamide), anionik polimer (misalnya poly acrylic acid), dan kationik polimer (misalnya poly-ethylene-imine). Seluruh flokulan tersebut berperan untuk mempercepat terbentuknya floc.

Teknik-teknik pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan tersebut menurut Tchobanoglous (1997), secara umum dibagi dalam tiga metode yaitu :
1. Pengolahan limbah cair secara fisika
Pengolahan ini dikerjakan terhadap air limbah yang mengandung bahan limbah yang dapat dipisahkan secara mekanis langsung tanpa penambahan bahan kimia ataupun proses biologis. Secara umum yang termasuk dalam proses ini adalah :
a. Screening
b. Filtrasi
c. Sedimentasi
2. Pengolahan limbah cair secara kimia
Pengolahan Ini dilakukan untuk mengendalikan atau menghilangkan komponen limbah yang ada dengan bahan kimia tertentu. Secara umum yang termasuk dalam proses ini adalah :
a. Netralisasi
b. Koagulasi / flokulasi
c. Adsorbsi
d. Ion exchange ( Pertukaran ion)
e. Oksidasi dan Reduksi
3. Pengolahan limbah cair secara biologi
Proses ini bertujuan untuk mengurangi/menstabilisasi bahan organik pada air limbah yang pada dasarnya merupakan proses oksidasi zat organik melalui aktifitas mikroorganisme. Secara umum yang termasuk dalam proses ini adalah :
a. Activated Sludge
b. Trickling Filter
c. Cakram Biologi
d. Filter Terendam.
Dengan adanya pengolahan limbah maka diharapkan segala permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh limbah tersebut tidak akan terjadi.

2 komentar:

  1. Sedimentasi apakah termasuk proses pengendapan material yang sudah melakukan proses filtrasi?

    BalasHapus