Pada dasarnya fisika merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan-penemuan para ilmuwan dan pemahaman mendasar tentang hukum-hukum yang menggerakkan materi, energi, ruang, dan waktu. Fisika menyangkut objek-objek yang ada di alam semesta serta interaksi-interaksi fundamental yang terjadi di dalamnya. Fisika merupakan studi tentang dunia anorganik, fisik, sebagai lawan dari studi tentang dunia organik pada bidang biologi.
Pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sudah diajarkan sejak kita duduk di bangku sekolah dasar. Pada jenjang pendidikan dasar ini kita diajari tentang konsep-konsep fisika yang masih sangat sederhana. Konsep-konsep yang diajarkan berkaitan dengan fenomena-fenomena fisika yang ditemui sehari-hari, misalnya: tentang proses transfer panas, perubahan wujud zat, dan tentang alat-alat pengubah energi yang ada di lingkungan rumah kita. Pada jenjang sekolah tingkat pertama, kita diajari tentang konsep-konsep yang lebih rumit dibanding ketika kita masih di sekolah dasar, misalnya: tentang hukum Archimedes, mekanika sederhana, dan tentang gelombang. Pada jenjang sekolah atas, konsep-konsep fisika yang diajarkan sudah cukup rumit, kita diajari tentang hukum Newton, hukum kekekalan energi, fisika inti dan lain-lain.
Dalam pembelajaran ilmu fisika, terdapat banyak cara yang dapat ditempuh dan dikembangkan sehingga proses transfer pengetahuan terjadi secara mudah dan menyenangkan. Cara-cara tersebut bukanlah cara-cara yang asing bagi kita, akan tetapi cara-cara tersebut merupakan hasil kreatifitas kita setelah kita mengembalikan pijakan pembelajaran kita ke dasar fisika itu sendiri dan potensi dasar kita sebagai makhluk sosial yang berinteraksi dengan sesama manusia dan dengan alam semesta.
Pembelajaran tentang fisika dimulai dengan menyajikan konsep-konsep secara sederhana dan mudah, menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan tidak berbelit-belit, menggunakan kalimat yang sederhana, dan secara bertahap satu demi satu sampai siswa paham. Penyajian ini akan lebih baik lagi apabila dalam penyampaian suatu materi dilakukan secara dialogis antara pengajar dan siswa. Penyajian secara dialogis akan memberikan dampak-dampak sampingan yang bermanfaat dikemudian hari. Misalnya: siswa akan lebih merasa dihargai karena siswa juga secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran, memancing rasa percaya diri siswa untuk berpendapat dan berargumentasi atas suatu fenomena yang pernah dialami. Di sisi lain, penyajian seperti ini menuntut kreatifitas pengajar untuk dapat menghubungkan antara materi yang sedang disampaikan dengan fenomena yang pernah dialami oleh siswa. Misalnya, ketika seorang pengajar menyampaikan tentang hukum Archimedes, dia tidak memulai dengan menyebutkan hukum Archimedes sebagaimana yang telah dirumuskan dalam buku, akan tetapi dia dapat memulai dengan dialog tentang hal-hal apa yang dialami siswa ketika berenang. Hal ini dipilih karena siswa sudah pernah mengalami fenomena-fenomena yang terjadi ketika sedang berenang. Secara dialogis, pengajar menjelaskan tentang fenomena tersebut sambil memancing siswa untuk dapat menyimpulkan dari apa yang sudah dialami. Dari sini siswa secara mudah akan memahami konsep dasar tentang hukum Archimedes.
Pengajaran tentang fisika harus dilakukan dengan memancing siswa dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang materi yang akan disampaikan. Model seperti ini bertujuan untuk memacu kreatifitas siswa dan secara langsung melatih siswa untuk mempertaam daya analisis terhadap suatu masalah. Kemampuan analisis merupakan kemampuan dasar yang sangat penting untuk dimiliki oleh siswa. Kemampuan analisis sangat diperlukan untuk menyelesaikan persoalan yang sangat bervariasi akan tetapi memiliki konsep dasar yang sama.
Pengajaran tentang fisika dapat dilakukan dengan melibatkan siswa untuk menerapkan konsep yang sudah diketahui. Siswa dilatih untuk dapat melakukan percobaan atas konsep-konsep yang sduah diketahui. Cara ini selain untuk menambah kemantapan pengetahuan siswa juga secara tidak langsung membantu siswa menghafal konsep yang sedang diujicobakan. Misalnya, ketika disampaikan tentang perubahan zat, siswa diajak untuk melakukan percobaan secara langsung dan ikut serta melakukan pengamatan terhadap fenomena yang terjadi.
Penyajian fisika seharusnya menggunakan alat bantu yang mudah dan sederhana. Alat yang dimaksudkan antara lain adalah angka atau besar dari suatu besaran. Ketika seorang pengajar memberikan suatu nilai besar dari suatu besaran, dia seharusnya memberikan angka yang sederhana dan mudah, tidak menggunakan angka-angka yang sulit untuk dilakukan perhitungan. Hal ini dilakukan karena tujuan dari pengajaran fisika adalah menanamkan pemahaman tentang konsep fisika dan bukan kemampuan perhitungan matematika. Misalnya, pengajar memilih angka 8 untuk besaran kecepatan dan angka 3 untuk besaran waktu, hal ini lebih baik dibanding angka 7,7 untuk besaran kecepatan dan angka 2,1 untuk besaran waktu karena yang pertama lebih mudah untuk dilakukan perhitungan.
Dalam hal penyajian soal, pengajar sebaiknya tidak menyajikan soal yang abstrak dan jauh dari kehidupan nyata siswa. Hal ini dilakukan dalam rangka mendekatkan ilmu fisika dalam kehidupan serta meyakinkan siswa bahwa ilmu yang sedang dipelajari benar-benar nyata ada dalam kehidupan dan bermanfaat dalam kehidupannya. Ketika memberikan soal tentang gerak, pengajar lebih baik memilih mobil sebagai subjek yang bergerak dibanding sebuah titik sebagai subjeknya. Hal ini karena mobil lebih nyata dan lebih sering ditemui dari pada sebuah titik yang bergerak. Soal-soal yang disampaikan juga diurutkan dari soal-soal yang mudah ke soal-soal yang sulit, dari soal-soal yang berkaitan dengan konsep dasar ke soal-soal yang berupa aplikasi konsep.
Cara lain yang dapat ditempuh dalam meningkatkan efektifitas pengajaran fisika adalah dengan menyebutkan aplikasi konsep dasar yang dipelajari oleh siswa. Pengajar menyebutkan beberapa contoh teknologi moderen yang merupakan aplikasi dari konsep yang dipelajari. Hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa untuk tekun dan menyenangi materi yang disampaikan, memberikan keyakinan siswa bahwa dia sedang mempelajari sesuatu yang kelak bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Misalnya, pengajar menyebutkan contoh berupa kereta api cepat Maglev yang telah dikembangkan di Jepang sebagai aplikasi konsep tentang magnet dan mekanika.
Hal utama yang perlu dikembangkan dalam pengajaran fisika adalah munculnya motivasi dan semangat siswa untuk mendalami dan menyenangi materi yang sedang disampaikan. Untuk mewujudkan hal ini maka pengajar dapat menyebutkan sejarah bagaimana konsep tersebut ditemukan, selain itu pengajar dapat menyebutkan sejarah hidup dari sang ilmuwan penemu konsep tersebut, bagaimana lika-liku kehidupannya sampai dapat merumuskan konsep fisika yang sedang dipelajari saat ini.
Nailul ’Atifah & Abdul Aziz
Pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sudah diajarkan sejak kita duduk di bangku sekolah dasar. Pada jenjang pendidikan dasar ini kita diajari tentang konsep-konsep fisika yang masih sangat sederhana. Konsep-konsep yang diajarkan berkaitan dengan fenomena-fenomena fisika yang ditemui sehari-hari, misalnya: tentang proses transfer panas, perubahan wujud zat, dan tentang alat-alat pengubah energi yang ada di lingkungan rumah kita. Pada jenjang sekolah tingkat pertama, kita diajari tentang konsep-konsep yang lebih rumit dibanding ketika kita masih di sekolah dasar, misalnya: tentang hukum Archimedes, mekanika sederhana, dan tentang gelombang. Pada jenjang sekolah atas, konsep-konsep fisika yang diajarkan sudah cukup rumit, kita diajari tentang hukum Newton, hukum kekekalan energi, fisika inti dan lain-lain.
Dalam pembelajaran ilmu fisika, terdapat banyak cara yang dapat ditempuh dan dikembangkan sehingga proses transfer pengetahuan terjadi secara mudah dan menyenangkan. Cara-cara tersebut bukanlah cara-cara yang asing bagi kita, akan tetapi cara-cara tersebut merupakan hasil kreatifitas kita setelah kita mengembalikan pijakan pembelajaran kita ke dasar fisika itu sendiri dan potensi dasar kita sebagai makhluk sosial yang berinteraksi dengan sesama manusia dan dengan alam semesta.
Pembelajaran tentang fisika dimulai dengan menyajikan konsep-konsep secara sederhana dan mudah, menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan tidak berbelit-belit, menggunakan kalimat yang sederhana, dan secara bertahap satu demi satu sampai siswa paham. Penyajian ini akan lebih baik lagi apabila dalam penyampaian suatu materi dilakukan secara dialogis antara pengajar dan siswa. Penyajian secara dialogis akan memberikan dampak-dampak sampingan yang bermanfaat dikemudian hari. Misalnya: siswa akan lebih merasa dihargai karena siswa juga secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran, memancing rasa percaya diri siswa untuk berpendapat dan berargumentasi atas suatu fenomena yang pernah dialami. Di sisi lain, penyajian seperti ini menuntut kreatifitas pengajar untuk dapat menghubungkan antara materi yang sedang disampaikan dengan fenomena yang pernah dialami oleh siswa. Misalnya, ketika seorang pengajar menyampaikan tentang hukum Archimedes, dia tidak memulai dengan menyebutkan hukum Archimedes sebagaimana yang telah dirumuskan dalam buku, akan tetapi dia dapat memulai dengan dialog tentang hal-hal apa yang dialami siswa ketika berenang. Hal ini dipilih karena siswa sudah pernah mengalami fenomena-fenomena yang terjadi ketika sedang berenang. Secara dialogis, pengajar menjelaskan tentang fenomena tersebut sambil memancing siswa untuk dapat menyimpulkan dari apa yang sudah dialami. Dari sini siswa secara mudah akan memahami konsep dasar tentang hukum Archimedes.
Pengajaran tentang fisika harus dilakukan dengan memancing siswa dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang materi yang akan disampaikan. Model seperti ini bertujuan untuk memacu kreatifitas siswa dan secara langsung melatih siswa untuk mempertaam daya analisis terhadap suatu masalah. Kemampuan analisis merupakan kemampuan dasar yang sangat penting untuk dimiliki oleh siswa. Kemampuan analisis sangat diperlukan untuk menyelesaikan persoalan yang sangat bervariasi akan tetapi memiliki konsep dasar yang sama.
Pengajaran tentang fisika dapat dilakukan dengan melibatkan siswa untuk menerapkan konsep yang sudah diketahui. Siswa dilatih untuk dapat melakukan percobaan atas konsep-konsep yang sduah diketahui. Cara ini selain untuk menambah kemantapan pengetahuan siswa juga secara tidak langsung membantu siswa menghafal konsep yang sedang diujicobakan. Misalnya, ketika disampaikan tentang perubahan zat, siswa diajak untuk melakukan percobaan secara langsung dan ikut serta melakukan pengamatan terhadap fenomena yang terjadi.
Penyajian fisika seharusnya menggunakan alat bantu yang mudah dan sederhana. Alat yang dimaksudkan antara lain adalah angka atau besar dari suatu besaran. Ketika seorang pengajar memberikan suatu nilai besar dari suatu besaran, dia seharusnya memberikan angka yang sederhana dan mudah, tidak menggunakan angka-angka yang sulit untuk dilakukan perhitungan. Hal ini dilakukan karena tujuan dari pengajaran fisika adalah menanamkan pemahaman tentang konsep fisika dan bukan kemampuan perhitungan matematika. Misalnya, pengajar memilih angka 8 untuk besaran kecepatan dan angka 3 untuk besaran waktu, hal ini lebih baik dibanding angka 7,7 untuk besaran kecepatan dan angka 2,1 untuk besaran waktu karena yang pertama lebih mudah untuk dilakukan perhitungan.
Dalam hal penyajian soal, pengajar sebaiknya tidak menyajikan soal yang abstrak dan jauh dari kehidupan nyata siswa. Hal ini dilakukan dalam rangka mendekatkan ilmu fisika dalam kehidupan serta meyakinkan siswa bahwa ilmu yang sedang dipelajari benar-benar nyata ada dalam kehidupan dan bermanfaat dalam kehidupannya. Ketika memberikan soal tentang gerak, pengajar lebih baik memilih mobil sebagai subjek yang bergerak dibanding sebuah titik sebagai subjeknya. Hal ini karena mobil lebih nyata dan lebih sering ditemui dari pada sebuah titik yang bergerak. Soal-soal yang disampaikan juga diurutkan dari soal-soal yang mudah ke soal-soal yang sulit, dari soal-soal yang berkaitan dengan konsep dasar ke soal-soal yang berupa aplikasi konsep.
Cara lain yang dapat ditempuh dalam meningkatkan efektifitas pengajaran fisika adalah dengan menyebutkan aplikasi konsep dasar yang dipelajari oleh siswa. Pengajar menyebutkan beberapa contoh teknologi moderen yang merupakan aplikasi dari konsep yang dipelajari. Hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa untuk tekun dan menyenangi materi yang disampaikan, memberikan keyakinan siswa bahwa dia sedang mempelajari sesuatu yang kelak bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Misalnya, pengajar menyebutkan contoh berupa kereta api cepat Maglev yang telah dikembangkan di Jepang sebagai aplikasi konsep tentang magnet dan mekanika.
Hal utama yang perlu dikembangkan dalam pengajaran fisika adalah munculnya motivasi dan semangat siswa untuk mendalami dan menyenangi materi yang sedang disampaikan. Untuk mewujudkan hal ini maka pengajar dapat menyebutkan sejarah bagaimana konsep tersebut ditemukan, selain itu pengajar dapat menyebutkan sejarah hidup dari sang ilmuwan penemu konsep tersebut, bagaimana lika-liku kehidupannya sampai dapat merumuskan konsep fisika yang sedang dipelajari saat ini.
Nailul ’Atifah & Abdul Aziz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar